SEKILAS TENTANG SPIRITUAL TAREKAT SATARIYYAH WA-NUFUSIYYAH
Oleh :
Isa Al-Anshoriy Nor Muhammad Ar-Rusni Ibnu Matarja Ibnu Abdurrohim Ibnu Nur Khoyzin Umbulsariy Al-Madyuni
Tharekat
berasal dari bahasa arab ATTORIQOTU (THOROIQU). Jalan (cara), suatu
bimbngan rokhaniyah cara jalan menuju allah untuk mencapai ketaatan dan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan allah dan Rosulullah.
Satariyyah diambil dari nama guru mursyid yang mashur yaitu pendiri
thariqoh satariyyah di sebut Abdullah Assatar( w,1429).
Satariyyah
dari bahasa arab satoro-yasturu (aling-mengalingi) Assitarou(suturri)
(aling-aling). Spiritual yang arahnya untuk menyingkap satir atau hijab
ruang yang ada pada hati ,manusia yang senantiasa menjadi penghalang
dalam kita berhubungan dengan Allah SWT.
“wa kasfil astaari ‘anil quluubi wa khusil ahwaalil qooimati wal mukaa syafaati wal asroori” .( sarah Al-hikam)
Nufusiyyha
dari bahasa arab (annafsu, nufuussi, wa-anfusi) artinya jiwa (ARRUKHU)
Arrukhu untuk mencapai jiwa yang suci dan kembali kepada yang Maha Suci
yaitu Al-Haq Allah Ta’ala. Yang dimaksud Arrukhu adalah sesuatu yang
ditiupkan oleh Allah pada diri manusia , proses spiritual yang dimaksud
nufusiyyah adalah kembali lagi kepada allah tanpa melalui proses hisab.
Atas Rahmat Allah SWT. “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un”
Tata
cara jalan untuk tersingkapnya satir pada jiwa yang di pengaruhi
sifat-sifat syaitoniyah,hewaniyah dan nabatiyah seperti takabur
,riya’,hasad dll. Itulah target oprasional spiritual untuk mencapai
peleburan pada Al-haq sehingga nyata pada budi pekertiNnya Rosulullah
SAW.
Aqidah
thariqoh satariyyah wa nufusiyyah mengacu pada wahdatul wujud atau
wujudiyah yang telah di sempurnakan pemahamanya pada era Abdurrouf
Shingkel, menggabungkan antara ilmu syari'at dan ilmu hakekat, dan
memegang teguh dua perkara yang di tinggalkan oleh Nabi SAW. Rosulullah
SAW bersabda:
“Aku
tinggalkan dua perkara bagimu yaitu kitab Allah dan
sunahku.maka,jelaslkan Al-qur’an dengan Sunah ku karena matamu tidak
akan buta ,kakimu tidak akan terpeleset, tanganmu tak akan putus selama
memegang teguh keduanya.”
Pemahaman
wujudiyah/wahdatul wujud yang telah di sempurnakan oleh guru besar kita
Abdurrouf Shingkel yang ditulis dalam kitabnya “Tanbih Al-Masyi”.
“maka
pahamilah ketetapan ini dan janganlah mencampur adukan sesuatu, karena
mencampuradukan persoalan itu termasuk kebiasaan orang-orang yang tidak
mengenal Allah. Katakan dan yakinkan bahwa hamba tetap hamba meskipun ia
naik pada tingkat yang tinggi (taraqqi) tuhan tetap tuhan, meskipun Dia
turun (tanazzul) dan hakekat itu tidak akan berubah,artinya hakekat
hamba tidak akan berubah menjadi hakekat tuhan. Demikian pula sebaliknya
walau pada zaman azali sekalipun. Pada pepatah lain istilahnya seorang
pembuat robot seindah dan secanggih apapun robot itu tetap tidak akan
bisa menjadi tukang pembuat robot yaitu manusia.
Keterangan
yang dijelaskan oleh Abdurrouf Singkel bahawa hamba tidak akan bisa
menyatu pada tuhan secara mutlak. Abdurrouf mengutip keterangan dari
gurunya Ibrahim Al-Khurani :
“pada
zaman azali tidak ada yang tampak selain Allah, segala sesuatu
tersimpan pada pengetahuaNya. Dan tidak memiliki wujud yang berbeda dari
Al-haq, ia tampak karenaNya dan ia wujud karena wujudNya.”
Ditegskan kembali oleh Abdurrouf:
“ketahuilah
wahai murid bahwa kesatuan segala sesuatu itu tidak benar kecuali
sekalian munculnya segala sesuatu tersebut dalam kenyataan (MASIH ADA
PADA ZAMAN AZALI) oleh karenanya , kita tidak dapat mengatakan bahwa
Al-Kull itu adalah Al-haq, kecuali dari segi tidak adanya perbedaan
dalam keesaan seperti yang telah dikemukakan. Adapun hukum batin adalah
hukum yang samar (‘adam) sedangkan hukum yang lahir adalah hukum yang
tampak nyata (wujud) ketahuilah itu dan jangan keliru dalam hal ini,
kamu memohon ampunan dan kesehatan kepada Allah dalam urusan agama,
dunia dan ahkirat.”
Marilah
kita kembali pada ajaran yang benar yang telah diajarkan oleh para
ulama salafussoleh sebagai pendahulu kita untuk mencapai kesempurnaan
dalam kita menghambakan diri kepada Allah SWT.
Wahai
murid banyak para pengikut tharekat yang selalu menghubungkan
pengertian syari’at, mereka memandang syari’at sebagai wasilah
(perantara) untuk mencapai reaitas hakiki yakni pada Al-haq SWT dan
membatasi makna syari’at pada tingkah laku lahiriyah menurut
aturan-aturan formal agama saja. Dengan begitu sehingga terlena terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan pada kesesatan.
Pola
fikir dan pola hubungan antara ahli syari’at (fuqoha’) dan sebagai sufi
yang disebut ahli Hakekat, kadang ada perbedaan dalam menjalankan
peribadatan dan memahami dasar-dasar hukum kitabullah dan sunah
Rosulullah. Banyak terjadi di masyarakat karena merasa dirinya sudah
dekat pada tuhan dan merasa pula punya kefahaman hakekat yang sudah
mencapai pucak ma’rifatnya, sehingga syari’at sudah tidak lagi dinggap
penting dan tidak perlu lagi menjalankan aturan formal.ritual dalam
agama, mereka merasa tidak perlu lagi terikat dengan bentu-bentuk agama
yang ritual formalistis, karena ia hanya sebagai tangga yang memang
harus dilewati, sesuatu yang sudah dilewati tidak perlu dilewati lagi
.begitulah yang mereka fahami.imanya iman tauhid tidak perlu lagi
menjalankan perintah Rosulnya, didalam tubuh islam banyak tumbuh jenis
benalu-benalu yang menggerogoti akar-akar aqidah islamiyah yang akan
menimbulkan kegoncangan pada proses jiwa yang terbelenggu berbagai macam
pola, lahirlah buah agama itu bagaikan orang yang punya hati tetapi
tidak punya akal.
Didalam
Thoriqoh Satariyyah Wanufusiyyah tiada lagi membicarakan tentang
khilafiyah didalam agama apapun jenis aliran yang memakai dasar
syahadatain walaupun bebeda-beda dalam menjalankan syari’atnya tetap
saudara seiman dan seagama tetapi sebaliknya suatu aliran tidak
menjalankan syari’at Rosulullah SAW artinya tidak menjalankan
rukun-rukun islam dan rukun-rukun iman ia adalah parasit yang akan
menghancurkan dan merobohkan islam. Kami dalam menanggapi adanya
perbedaan yang terjadi pada antara sunny dan wahabi itu adalah
sunatullah mari kita sama-sama jalankan sesuai apa yang sudah di
ijtihatkan oleh ulama’ kita masing-masing dan saling mendo’akan semoga
amal kita diterima disisi Allah SWT.
Wahai
murid sabda Rosulullah SAW ; “mencaci maki seorang mukmin adalah
tindakan fasik, sedangkan membunuhnya adalah tindakan kufur.”
Sabda
Nabi SAW : “tidaklah seseorang menuduh orang lain berbuat fasik, atau
kafir, melainkan tuduhan itu kembali pada dirinya, jika kawan yang
dituduhnya tidak terbukti fasik atau kafir.”
Ketahuilah
oleh mu wahai murid jangan engkau mengatakan bid’ah pada seorang mukmin
mu karena mereka sudah melalui proses ijtihad kalau tuduhanmu itu salah
kamu sekalian akan terjerumus pada kesesatan mu sendiri. Yang maha
mengetahui antara benar,salah, sesat dan lain-lainya hanya Allah dan
Rosulullah SAW. Cukupkanlah dalam hatimu untuk mendoakan orang yang
dibid’ahkan dan yang membid’ahkan dipohonkan ampun kepada Allah, karena
kita semua sama-sama menjalankan perintah tak perlu lagi kita
mengoreksi, mencela, mencacimaki pada sodara kita yang bersama-sama
menjalankan perintahNya. Didalam ajaran SPIRITUAL TAREKAT SATARIYYAH
WA-NUFUSIYYAH dalam awal bai’atnya dalam tahapan yang pertama untuk bisa
menyayangi,mengasihi, menghormati,tolong-menolong sesama hamba Allah
dan berusaha untuk tetap menyayangi dan mencintai pada hamba Allah yang
sangat membenci dan mencela kepada kita. Sebelum kamu sekalian bisa
menjalankan tersebut diatas kamu sekalian dalam menjalankan ritual yang
kamu yakini belum diperjalankan oleh Al-haq SWT.pada hakekatnya kita
tidak akan bisa menjalankan perintahnya tanpa pertolongan, perlindungan
dan ampunan tuhan yang maha hidup.
Tarekat
Satariyyah Wa Nufusiyyah tempat untuk melaksanakan dan memegang teguh
ilmu syari’at ,tarekat, hakikat,ma’rifat perlu kita ketahui tanpa ilmu
syari’at kita tidak akan sampai perjalanya (tarekatnya) sehingga pada
tingkatan ma’rifatullah.
Dalam
tarekat ini mengenali tentang hakikat Allah, Muhammad dan Adam, wahai
murid famahi, pelajari dengan sungguh-sungguh tentang aqidah yang telah
di ajarkan pada SPIRITUAL TAREKAT SATARIYYAH WA-NUFUSIYYAH. Dalam proses
pelaksanaan syari’at fahami atas petunjuk guru atau pembimbing tarekat
ini. tanpa guru atau pembimbing artinya guru kalian adalah syetan. Wahai
murid kenali dan pelajari tentang istilah Ahmad,Muhammad, Mustofa,
tanpa kita mengetahui tersebut diatas tidak akan memahami tentang ilmu
syari’at. Jangan kamu abaikan tentang ilmu syari’at siapapun orang nya
yang mendalami tentang ilmu hakikat tidak menjalankan atau meniggalkan
syari’at bagaikan tubuh ada hati tiada akal. Mendalami syari’at tanpa
mengetahui atau famam tentang ilmu hakekat bagaikan tubuh yang ada akal
tiada hati. Ilmu syari’at dan ilmu hakikat bagaikan satu tubuh yang
bersenyawa dengan jiwa Rosulullah. Ilmu tarekat, hakekat, ma’rifat tidak
terpisahkan dari pada ilmu syari’at. Diceminkan dalam hadist Nabi SAW
”asy-syari’atu aqwali wa attoriqotu af ‘ali wa al-haqikotu ahwali”. Artinya syari’at adalah perketaanku, Tarekat adalah perbuatan ku, hakikat adalah keadaan batinku.
0 komentar:
Link ke posting ini