Jumat, 20 Januari 2012

SEKILAS TENTANG SPIRITUAL TAREKAT SATARIYYAH WA-NUFUSIYYAH

Oleh :
Isa Al-Anshoriy Nor Muhammad Ar-Rusni Ibnu Matarja Ibnu Abdurrohim Ibnu Nur Khoyzin Umbulsariy Al-Madyuni

Tharekat berasal dari bahasa arab ATTORIQOTU (THOROIQU). Jalan (cara), suatu bimbngan rokhaniyah cara jalan menuju allah untuk mencapai ketaatan dan menjalankan perintah dan menjauhi larangan allah dan Rosulullah. Satariyyah diambil dari nama guru mursyid yang mashur yaitu pendiri thariqoh satariyyah di sebut Abdullah Assatar( w,1429).

Satariyyah dari bahasa arab satoro-yasturu (aling-mengalingi) Assitarou(suturri) (aling-aling). Spiritual yang arahnya untuk menyingkap satir atau hijab ruang yang ada pada hati ,manusia yang  senantiasa menjadi penghalang dalam kita berhubungan dengan  Allah SWT.
“wa kasfil astaari ‘anil quluubi wa khusil ahwaalil qooimati wal mukaa syafaati wal asroori”  .( sarah Al-hikam)

Nufusiyyha dari bahasa arab (annafsu, nufuussi, wa-anfusi) artinya jiwa (ARRUKHU) Arrukhu untuk mencapai jiwa yang suci dan kembali kepada yang Maha Suci yaitu Al-Haq Allah Ta’ala. Yang dimaksud Arrukhu adalah sesuatu yang ditiupkan oleh Allah pada diri manusia , proses spiritual yang dimaksud nufusiyyah adalah kembali lagi kepada allah tanpa melalui proses hisab. Atas Rahmat Allah SWT. “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un”

Tata cara jalan untuk tersingkapnya satir pada jiwa yang di pengaruhi sifat-sifat syaitoniyah,hewaniyah dan nabatiyah seperti takabur ,riya’,hasad dll. Itulah target oprasional spiritual untuk mencapai peleburan pada Al-haq sehingga nyata pada budi pekertiNnya Rosulullah SAW.

Aqidah thariqoh satariyyah wa nufusiyyah mengacu pada wahdatul wujud atau wujudiyah yang telah di sempurnakan pemahamanya pada era Abdurrouf Shingkel, menggabungkan antara ilmu syari'at dan ilmu hakekat, dan memegang teguh dua perkara yang di tinggalkan oleh Nabi SAW. Rosulullah SAW bersabda:

“Aku tinggalkan dua perkara bagimu yaitu kitab Allah dan sunahku.maka,jelaslkan Al-qur’an dengan Sunah ku karena matamu tidak akan buta ,kakimu tidak akan terpeleset, tanganmu tak akan putus selama memegang teguh keduanya.”

Pemahaman wujudiyah/wahdatul wujud yang telah di sempurnakan oleh guru besar kita Abdurrouf Shingkel yang ditulis dalam kitabnya  “Tanbih Al-Masyi”.
“maka pahamilah ketetapan ini dan janganlah mencampur adukan sesuatu, karena mencampuradukan persoalan itu termasuk kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Katakan dan yakinkan bahwa hamba tetap hamba meskipun ia naik pada tingkat yang tinggi (taraqqi) tuhan tetap tuhan, meskipun Dia turun (tanazzul) dan hakekat itu tidak akan berubah,artinya hakekat hamba tidak akan berubah menjadi hakekat tuhan. Demikian pula sebaliknya walau pada zaman azali sekalipun. Pada pepatah lain istilahnya seorang pembuat robot seindah dan secanggih apapun robot itu tetap tidak akan bisa menjadi tukang pembuat robot yaitu manusia.

Keterangan yang dijelaskan oleh Abdurrouf Singkel bahawa hamba tidak akan bisa menyatu pada tuhan secara mutlak. Abdurrouf mengutip keterangan dari gurunya Ibrahim Al-Khurani :
“pada zaman azali tidak ada yang tampak selain Allah, segala sesuatu tersimpan pada pengetahuaNya. Dan tidak memiliki wujud yang berbeda dari Al-haq, ia tampak karenaNya dan ia wujud karena wujudNya.”

Ditegskan kembali oleh Abdurrouf:

“ketahuilah wahai murid bahwa kesatuan segala sesuatu itu tidak benar kecuali sekalian munculnya segala sesuatu tersebut dalam kenyataan (MASIH ADA PADA ZAMAN AZALI) oleh karenanya , kita tidak dapat mengatakan bahwa Al-Kull itu adalah Al-haq, kecuali dari segi tidak adanya perbedaan dalam keesaan seperti yang telah dikemukakan. Adapun hukum batin adalah hukum yang samar (‘adam) sedangkan hukum yang lahir adalah hukum yang tampak nyata (wujud) ketahuilah itu dan jangan keliru dalam hal ini, kamu memohon ampunan dan kesehatan kepada Allah dalam urusan agama, dunia dan ahkirat.”

Marilah kita kembali pada ajaran yang benar yang telah diajarkan oleh para ulama salafussoleh sebagai pendahulu kita untuk mencapai kesempurnaan dalam kita menghambakan diri kepada Allah SWT.

Wahai murid banyak para pengikut tharekat yang selalu menghubungkan pengertian syari’at, mereka memandang syari’at sebagai wasilah (perantara) untuk mencapai reaitas hakiki yakni pada Al-haq SWT dan membatasi makna syari’at pada tingkah laku lahiriyah menurut aturan-aturan formal agama saja. Dengan begitu sehingga terlena terhadap penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan pada kesesatan.

Pola fikir dan pola hubungan antara ahli syari’at (fuqoha’) dan sebagai sufi yang disebut ahli Hakekat, kadang ada perbedaan dalam menjalankan peribadatan dan memahami dasar-dasar hukum kitabullah dan sunah Rosulullah. Banyak terjadi di masyarakat karena merasa dirinya sudah dekat pada tuhan dan merasa pula punya kefahaman hakekat yang sudah mencapai pucak ma’rifatnya, sehingga syari’at sudah tidak lagi dinggap penting dan tidak perlu lagi menjalankan aturan formal.ritual dalam agama, mereka merasa tidak perlu lagi terikat dengan bentu-bentuk agama yang ritual formalistis, karena ia hanya sebagai tangga yang memang harus dilewati, sesuatu yang sudah dilewati tidak perlu dilewati lagi .begitulah yang mereka fahami.imanya iman tauhid tidak perlu lagi menjalankan perintah Rosulnya, didalam tubuh islam banyak tumbuh jenis benalu-benalu yang menggerogoti akar-akar aqidah islamiyah yang akan menimbulkan kegoncangan pada proses jiwa yang terbelenggu berbagai macam pola, lahirlah buah agama itu bagaikan orang yang punya hati tetapi tidak punya akal.

Didalam Thoriqoh Satariyyah Wanufusiyyah tiada lagi membicarakan tentang khilafiyah didalam agama apapun jenis aliran yang memakai dasar syahadatain walaupun bebeda-beda dalam menjalankan syari’atnya tetap saudara seiman dan seagama tetapi sebaliknya suatu aliran tidak menjalankan syari’at Rosulullah SAW artinya tidak menjalankan rukun-rukun islam dan rukun-rukun iman ia adalah parasit yang akan menghancurkan dan merobohkan islam. Kami dalam menanggapi adanya perbedaan yang terjadi pada antara sunny dan wahabi itu adalah sunatullah mari kita sama-sama jalankan sesuai apa yang sudah di ijtihatkan oleh ulama’ kita masing-masing dan saling mendo’akan semoga amal kita diterima disisi Allah SWT.

Wahai murid sabda Rosulullah SAW ; “mencaci maki seorang mukmin adalah tindakan fasik, sedangkan membunuhnya adalah tindakan kufur.”
Sabda Nabi SAW : “tidaklah seseorang menuduh orang lain berbuat fasik, atau kafir, melainkan tuduhan itu kembali pada dirinya, jika kawan yang dituduhnya tidak terbukti fasik atau kafir.”

Ketahuilah oleh mu wahai murid jangan engkau mengatakan bid’ah pada seorang mukmin mu karena mereka sudah melalui proses ijtihad kalau tuduhanmu itu salah kamu sekalian akan terjerumus pada kesesatan mu sendiri. Yang maha mengetahui antara benar,salah, sesat dan lain-lainya hanya Allah dan Rosulullah SAW. Cukupkanlah dalam hatimu untuk mendoakan orang yang dibid’ahkan dan yang membid’ahkan dipohonkan ampun kepada Allah, karena kita semua sama-sama menjalankan perintah tak perlu lagi kita mengoreksi, mencela, mencacimaki pada sodara kita yang bersama-sama menjalankan perintahNya. Didalam ajaran SPIRITUAL TAREKAT SATARIYYAH WA-NUFUSIYYAH dalam awal bai’atnya dalam tahapan yang pertama untuk bisa menyayangi,mengasihi, menghormati,tolong-menolong sesama hamba Allah dan berusaha untuk tetap menyayangi dan mencintai pada hamba Allah yang sangat membenci dan mencela kepada kita. Sebelum kamu sekalian bisa menjalankan tersebut diatas kamu sekalian dalam menjalankan ritual yang kamu yakini belum diperjalankan oleh Al-haq SWT.pada hakekatnya kita tidak akan bisa menjalankan perintahnya tanpa pertolongan, perlindungan dan ampunan tuhan yang maha hidup.

Tarekat Satariyyah Wa Nufusiyyah tempat untuk melaksanakan dan memegang teguh ilmu syari’at ,tarekat, hakikat,ma’rifat perlu kita ketahui tanpa ilmu syari’at kita tidak akan sampai perjalanya (tarekatnya) sehingga pada tingkatan ma’rifatullah.

Dalam tarekat ini mengenali tentang hakikat Allah, Muhammad dan Adam, wahai murid famahi, pelajari dengan sungguh-sungguh tentang aqidah yang telah di ajarkan pada SPIRITUAL TAREKAT SATARIYYAH WA-NUFUSIYYAH. Dalam proses pelaksanaan syari’at fahami atas petunjuk guru atau pembimbing tarekat ini. tanpa guru atau pembimbing artinya guru kalian adalah syetan. Wahai murid kenali dan pelajari tentang istilah Ahmad,Muhammad, Mustofa, tanpa kita mengetahui tersebut diatas tidak akan memahami tentang ilmu syari’at. Jangan kamu abaikan tentang ilmu syari’at siapapun orang nya yang mendalami tentang ilmu hakikat tidak menjalankan atau meniggalkan syari’at bagaikan tubuh ada hati tiada akal. Mendalami syari’at tanpa mengetahui atau famam tentang ilmu hakekat bagaikan tubuh yang ada akal tiada hati. Ilmu syari’at dan ilmu hakikat bagaikan satu tubuh yang bersenyawa dengan jiwa Rosulullah. Ilmu tarekat, hakekat, ma’rifat tidak terpisahkan dari pada ilmu syari’at. Diceminkan dalam hadist Nabi SAW ”asy-syari’atu aqwali wa attoriqotu af ‘ali wa al-haqikotu ahwali”. Artinya syari’at adalah perketaanku, Tarekat adalah perbuatan ku, hakikat adalah keadaan batinku.



0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar